(PART 4) sEASON IN MY PARK : HONEy-STY
Walaupun Mr. Chenno –si guru Fisika dari spanyol yang pantas mendapatkan guiness record karena kegalakannya dalam mengajar itu- sudah keluar meninggalkan kelas dengan setumpuk kertas ulangan di tangannya, tapi tak satupun murid di kelas itu yang berniat untuk berdiri dari tempat duduknya. Semua melemas seakan akan Mr. Chenno baru saja menghisap jiwa mereka seperti yang dilakukan monster di film Harry Potter.
“Oh my pants.” Bisik Chanyeol pada dirinya sendiri karena frustasi dengan ulangan dadakan tadi. Benar benar tanpa persiapan, “OH MY PANTS!” Ulangnya dengan keras sambil menggebrak meja.
Sehun tersentak kaget, “YA!!! Kau ini benar benar....”
“Oh my pants...” bisik Chanyeol sambil menyembunyikan kepalanya di antara tumpukan buku di meja.
“Chanyeol....” kata Sehun.
Chanyeol mendongakkan kepala tanpa menjawab.
“Kau gila?” tanya Sehun.
Chanyeol kembali menyembunyikan kepalanya.
“Sehunna~” Chanyeol menyentuhkan tangan kanannya ke pundak kiri Sehun tanpa melihatnya.
“Mwo?”
“Kau mau menolongku?”
“Mwo?”
“Ambilkan kertas ulanganku di meja Dementor itu. Separuh jiwaku masih disana.” Kata Chanyeol dengan penuh penghayatan.
“Aish!” Sehun menepis tangan Chanyeol.
“Aku serius Sehunna...” Kini Chanyeol menatap Sehun sambil menyipitkan sebelah matanya.
Sehun hanya menarik nafas panjang.
-XXXXXX-
“Kau yakin tidak ikut ke kantin?” tanya Bellva pada Hyeon yang sedang duduk bertopang dagu di kursi taman sekolah.
Hyeon mengangguk.
“Okay, aku pergi dulu. Ulangan fisika itu membuatku lapar. Seperti tak makan lima tahun rasanya.” Gerutu Bellva sambil meninggalkan Hyeon ke kantin.
Hyeon mendengus saat Bellva sudah jauh darinya. Perasaannya kacau hari ini. Campur aduk. Kejadian beberapa hari ini membuatnya lemas. Berulang kali ia membujuk dirinya sendiri agar merasa senang, tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia tidak bisa menerima semua itu. Kalau memang benar begitu.
“DUAR!!!!”
Hyeon tersentak dan hampir terjungkal ke depan. Secepatnya ia membalikkan badan dan mengepalkan tangan untuk membalas kekagetannya.
“YA!!! SEHUNNA!! INI TIDAK LUCU!!!” bentak Hyeon sambil memegangi dadanya yang masih berdegup kencang.
Sehun tertawa keras sambil memegangi perutnya. Setelah sadar Hyeon menatapnya dengan ekspresi itu ia mencoba menahan tawanya sementara.
“Huh!! Benar benar tidak lucu!” Hyeon melipat tangannya ke depan dada.
“Hahaha...” Sehun menyeka airmatanya karena terlalu keras tertawa, “Mianhe... aku kira lamunanmu tidak sedalam itu.”
“MWO?! Aku tidak melamun, aku sedang memikirkan sesuatu.” Hyeon membela diri.
“Memikirkan ulangan tadi? Hah! Kau sama saja dengan Chanyeol.” Kata Sehun sambil membenarkan posisi duduknya.
“ANIYA!! Jangan sok tahu.” Kata Hyeon dengan muka tertekuk.
Sehun merasa ada yang berbeda dengan nada bicara Hyeon hanya bisa berkedip beberapa kali sambil menatap Hyeon.
“JANGAN MENATAPKU SEPERTI ITU!!” bentak Hyeon sekali lagi.
Sehun mengalihkan pandangannya ke lapangan basket yang tak jauh darinya, beralih ke tali sepatunya, kemudian kembali ke Hyeon, “Kenapa kau marah? Karena aku mengagetkanmu tadi? Mianhe...”
“Aniya. Bukan salahmu.” Kata Hyeon pelan.
“Wae?”
Hyeon tidak menjawab ia hanya memainkan jari jarinya.
“Apa ini ada hubungannya dengan Luhan?” tanya Sehun.
Hyeon menatapnya sekilas. Lalu mengangguk.
“Bagaimana keadaannya? Baik baik saja bukan?” Sehun berbasa basi.
“Lebih dari baik.” Hyeon tersenyum, “Sepertinya dia sudah punya pacar sekarang.”
“MWO?!” Sehun melebarkan matanya, “Siapa?”
“I don’t know. Aku bilang sepertinyakan? Aku juga tidak tahu.”
“Bagaimana mungkin kau sahabatnya dan kau tidak tahu. Kenapa dia tidak bertanya?”
Hyeon terdiam. Bagaimana dia bisa bertanya. Mengira ngira kalau Luhan punya pacar saja perasaannya sudah seperti ini, apa lagi tahu jawaban dari Luhan siapa sebenarnya perempuan itu.
“Aku hanya memastikan.”
“Bagaimana kau bisa menyimpulkan seperti itu.”
“Kenapa tidak? Beberapa kali aku kesana, dia selalu tersenyum senyum sendiri sambil menatap layar telphonnya. Aku juga sempat memergokinya menulis sesuatu, saat aku mencoba mengintipnya, dia menutupnya dengan muka memerah. Apa itu tidak menunjukkan dia sedang menyukai seseorang?”
Sehun menatap Hyeon dengan muka datar, “Hanya itu?”
“Aigoo.”
“Wa... Luhan terkenal karena pertandingan itu mungkin. Mungkin dia harus membalas beberapa pesan atau surat dari penggemarnya. Daebak!”
“Aish! Kalau hanya seperti itu kenapa harus ditutup saat aku ingin melihatnya.”
“Em... kenapa ya?” Sehun mendadak kehilangan idenya.
Hyeon menarik nafas panjang.
“Kenapa? Kau seharusnya senang! Sahabatmu punya pacar! Dia harus mentraktirmu makan makan.”
Hyeon menatap tajam ke arah Sehun.
“Wae? Kau cemburu?” Sehun segera bertanya sebelum Hyeon memukulnya.
“ANIYA!!”
“Jujur saja.” Desak Sehun.
“Aku tidak cemburu, hanya saja aku khawatir. Siapa perempuan itu. Aku takut kalau bukan perempuan baik baik.” Bohong Hyeon.
Sehun tertawa lagi, “Oke. Aku mencoba menganggapmu berkata jujur.”
DUK!!! Hyeon memukul pundak Sehun.
“Jinjja!” kata Sehun sambil memegangi pundaknya.
Hyeon tertawa puas.
Hening beberapa saat.
“Hyeonni...”
“Hem?”
“Boleh aku tanya sesuatu?”
Hyeon mengangguk.
“Aku.... aku... Apa Aku...” Sehun mengumpulkan segenap nyawanya, “Apa aku boleh menjadi pacarmu?” tanya Sehun dengan pasti. Hanya saja waktu yang tidak tepat.
“Apa?” tanya Hyeon yang tidak bisa mendengar suara Sehun dengan jelas karena bersamaan dengan suara TENGTENGTENGTENGTENGTENG dari lonceng tanda masuk yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
Rasa yang selama ini membuat hati Sehun terasa berat hilang sudah, walaupun tak sepenuh yang ia harapkan.
“Ha?” Sehun bertanya tak percaya.
“Kamu tadi tanya kamu boleh apa?” ulang Hyeon.
Sehun menggaruk bagian belakang kepalanya, “Apa aku boleh meminjam catatan matematikamu, aku tidak sempat mencatat kemarin?”
“Tentu saja.” Kata Hyeon dengan senyum mengembang, “Bagaimana kalau kita kembali ke kelas sekarang saja?”
“Baiklah. Gomawo Hyeonni~”
Mereka kembali ke kelas. Sehun tidak bisa berhenti tersenyum. Walaupun apa yang ingin ia lakukan tidak sepenuhnya berhasil, ia masih bisa membayangkan kalau beberapa kalimat terakhir di ubah kata katanya.
“Apa aku boleh menjadi pacarmu? Tentu saja. Bagaimana kalau kita ke Namsan tower sekarang? Baiklah. Gomawo Hyeonni~”
“Sehunna?! Kenapa kau senyum senyum sendiri?” tanya Hyeon yang baru sadar apa yang dilakukan Sehun.
“Ah, aku hanya membayangkan apakah Chanyeol masih lemas karena ulangan fisika tadi atau sudah kembali gila seperti biasa.” Bohong Sehun.
“JANGAN BOHONG!!” Hyeon menatap Sehun penuh selidik, Sehun yang diamati seperti itu jadi kikuk sendiri, apa jangan jangan Hyeon tahu apa yang ada di pikirannya, “Jangan bohong Sehunna! Kau pasti sedang memikirkan hal hal jorok! YA!! SEHUNNA!!!”
Sehun hanya bisa mengerjap tak percaya, “M-mwo?”
“Aigooo.” Hyeon mempercepat langkahnya.
“YA! Hyeoni! Hyeonni! Aku tidak seperti itu!!” Sehun mengejar Hyeon yang sudah berjalan jauh di depannya.
“Oh my pants.” Bisik Chanyeol pada dirinya sendiri karena frustasi dengan ulangan dadakan tadi. Benar benar tanpa persiapan, “OH MY PANTS!” Ulangnya dengan keras sambil menggebrak meja.
Sehun tersentak kaget, “YA!!! Kau ini benar benar....”
“Oh my pants...” bisik Chanyeol sambil menyembunyikan kepalanya di antara tumpukan buku di meja.
“Chanyeol....” kata Sehun.
Chanyeol mendongakkan kepala tanpa menjawab.
“Kau gila?” tanya Sehun.
Chanyeol kembali menyembunyikan kepalanya.
“Sehunna~” Chanyeol menyentuhkan tangan kanannya ke pundak kiri Sehun tanpa melihatnya.
“Mwo?”
“Kau mau menolongku?”
“Mwo?”
“Ambilkan kertas ulanganku di meja Dementor itu. Separuh jiwaku masih disana.” Kata Chanyeol dengan penuh penghayatan.
“Aish!” Sehun menepis tangan Chanyeol.
“Aku serius Sehunna...” Kini Chanyeol menatap Sehun sambil menyipitkan sebelah matanya.
Sehun hanya menarik nafas panjang.
-XXXXXX-
“Kau yakin tidak ikut ke kantin?” tanya Bellva pada Hyeon yang sedang duduk bertopang dagu di kursi taman sekolah.
Hyeon mengangguk.
“Okay, aku pergi dulu. Ulangan fisika itu membuatku lapar. Seperti tak makan lima tahun rasanya.” Gerutu Bellva sambil meninggalkan Hyeon ke kantin.
Hyeon mendengus saat Bellva sudah jauh darinya. Perasaannya kacau hari ini. Campur aduk. Kejadian beberapa hari ini membuatnya lemas. Berulang kali ia membujuk dirinya sendiri agar merasa senang, tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia tidak bisa menerima semua itu. Kalau memang benar begitu.
“DUAR!!!!”
Hyeon tersentak dan hampir terjungkal ke depan. Secepatnya ia membalikkan badan dan mengepalkan tangan untuk membalas kekagetannya.
“YA!!! SEHUNNA!! INI TIDAK LUCU!!!” bentak Hyeon sambil memegangi dadanya yang masih berdegup kencang.
Sehun tertawa keras sambil memegangi perutnya. Setelah sadar Hyeon menatapnya dengan ekspresi itu ia mencoba menahan tawanya sementara.
“Huh!! Benar benar tidak lucu!” Hyeon melipat tangannya ke depan dada.
“Hahaha...” Sehun menyeka airmatanya karena terlalu keras tertawa, “Mianhe... aku kira lamunanmu tidak sedalam itu.”
“MWO?! Aku tidak melamun, aku sedang memikirkan sesuatu.” Hyeon membela diri.
“Memikirkan ulangan tadi? Hah! Kau sama saja dengan Chanyeol.” Kata Sehun sambil membenarkan posisi duduknya.
“ANIYA!! Jangan sok tahu.” Kata Hyeon dengan muka tertekuk.
Sehun merasa ada yang berbeda dengan nada bicara Hyeon hanya bisa berkedip beberapa kali sambil menatap Hyeon.
“JANGAN MENATAPKU SEPERTI ITU!!” bentak Hyeon sekali lagi.
Sehun mengalihkan pandangannya ke lapangan basket yang tak jauh darinya, beralih ke tali sepatunya, kemudian kembali ke Hyeon, “Kenapa kau marah? Karena aku mengagetkanmu tadi? Mianhe...”
“Aniya. Bukan salahmu.” Kata Hyeon pelan.
“Wae?”
Hyeon tidak menjawab ia hanya memainkan jari jarinya.
“Apa ini ada hubungannya dengan Luhan?” tanya Sehun.
Hyeon menatapnya sekilas. Lalu mengangguk.
“Bagaimana keadaannya? Baik baik saja bukan?” Sehun berbasa basi.
“Lebih dari baik.” Hyeon tersenyum, “Sepertinya dia sudah punya pacar sekarang.”
“MWO?!” Sehun melebarkan matanya, “Siapa?”
“I don’t know. Aku bilang sepertinyakan? Aku juga tidak tahu.”
“Bagaimana mungkin kau sahabatnya dan kau tidak tahu. Kenapa dia tidak bertanya?”
Hyeon terdiam. Bagaimana dia bisa bertanya. Mengira ngira kalau Luhan punya pacar saja perasaannya sudah seperti ini, apa lagi tahu jawaban dari Luhan siapa sebenarnya perempuan itu.
“Aku hanya memastikan.”
“Bagaimana kau bisa menyimpulkan seperti itu.”
“Kenapa tidak? Beberapa kali aku kesana, dia selalu tersenyum senyum sendiri sambil menatap layar telphonnya. Aku juga sempat memergokinya menulis sesuatu, saat aku mencoba mengintipnya, dia menutupnya dengan muka memerah. Apa itu tidak menunjukkan dia sedang menyukai seseorang?”
Sehun menatap Hyeon dengan muka datar, “Hanya itu?”
“Aigoo.”
“Wa... Luhan terkenal karena pertandingan itu mungkin. Mungkin dia harus membalas beberapa pesan atau surat dari penggemarnya. Daebak!”
“Aish! Kalau hanya seperti itu kenapa harus ditutup saat aku ingin melihatnya.”
“Em... kenapa ya?” Sehun mendadak kehilangan idenya.
Hyeon menarik nafas panjang.
“Kenapa? Kau seharusnya senang! Sahabatmu punya pacar! Dia harus mentraktirmu makan makan.”
Hyeon menatap tajam ke arah Sehun.
“Wae? Kau cemburu?” Sehun segera bertanya sebelum Hyeon memukulnya.
“ANIYA!!”
“Jujur saja.” Desak Sehun.
“Aku tidak cemburu, hanya saja aku khawatir. Siapa perempuan itu. Aku takut kalau bukan perempuan baik baik.” Bohong Hyeon.
Sehun tertawa lagi, “Oke. Aku mencoba menganggapmu berkata jujur.”
DUK!!! Hyeon memukul pundak Sehun.
“Jinjja!” kata Sehun sambil memegangi pundaknya.
Hyeon tertawa puas.
Hening beberapa saat.
“Hyeonni...”
“Hem?”
“Boleh aku tanya sesuatu?”
Hyeon mengangguk.
“Aku.... aku... Apa Aku...” Sehun mengumpulkan segenap nyawanya, “Apa aku boleh menjadi pacarmu?” tanya Sehun dengan pasti. Hanya saja waktu yang tidak tepat.
“Apa?” tanya Hyeon yang tidak bisa mendengar suara Sehun dengan jelas karena bersamaan dengan suara TENGTENGTENGTENGTENGTENG dari lonceng tanda masuk yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
Rasa yang selama ini membuat hati Sehun terasa berat hilang sudah, walaupun tak sepenuh yang ia harapkan.
“Ha?” Sehun bertanya tak percaya.
“Kamu tadi tanya kamu boleh apa?” ulang Hyeon.
Sehun menggaruk bagian belakang kepalanya, “Apa aku boleh meminjam catatan matematikamu, aku tidak sempat mencatat kemarin?”
“Tentu saja.” Kata Hyeon dengan senyum mengembang, “Bagaimana kalau kita kembali ke kelas sekarang saja?”
“Baiklah. Gomawo Hyeonni~”
Mereka kembali ke kelas. Sehun tidak bisa berhenti tersenyum. Walaupun apa yang ingin ia lakukan tidak sepenuhnya berhasil, ia masih bisa membayangkan kalau beberapa kalimat terakhir di ubah kata katanya.
“Apa aku boleh menjadi pacarmu? Tentu saja. Bagaimana kalau kita ke Namsan tower sekarang? Baiklah. Gomawo Hyeonni~”
“Sehunna?! Kenapa kau senyum senyum sendiri?” tanya Hyeon yang baru sadar apa yang dilakukan Sehun.
“Ah, aku hanya membayangkan apakah Chanyeol masih lemas karena ulangan fisika tadi atau sudah kembali gila seperti biasa.” Bohong Sehun.
“JANGAN BOHONG!!” Hyeon menatap Sehun penuh selidik, Sehun yang diamati seperti itu jadi kikuk sendiri, apa jangan jangan Hyeon tahu apa yang ada di pikirannya, “Jangan bohong Sehunna! Kau pasti sedang memikirkan hal hal jorok! YA!! SEHUNNA!!!”
Sehun hanya bisa mengerjap tak percaya, “M-mwo?”
“Aigooo.” Hyeon mempercepat langkahnya.
“YA! Hyeoni! Hyeonni! Aku tidak seperti itu!!” Sehun mengejar Hyeon yang sudah berjalan jauh di depannya.